December 30, 2007

Hidup di Seni, Mati di Seni

Kalimat seperti itu mudah diucapkan, namun tidak semua orang dapat mengimplementasikannya.

Tetapi seorang seniman yang juga seorang profesor, juga dalang, juga pelukis, juga pejabat, juga pendekar, duta budaya, telah berhasil dengan suksesnya membuktikan sendiri kalimat yang pernah diucapkannya tersebut.

Prof. Dr. Drs. Budi Udjianto, MPA, meninggal dunia saat melakukan pentas wayang, menjadi dalang dalam peluncuran buku karyanya, "Banjaran Kadiri", di Balaikota Kediri, Sabtu 29 Desember 2007, sekitar jam 23:00.

Meninggal dunia tepat di hari ulang tahun pernikahan ke-32, dan bertepatan dengan hari lahir (weton) cucu kesayangannya, Arva.

Berita selengkapnya

~~~

Saat saya mendapatkan berita meninggalnya beliau, jam sudah hampir menunjukkan pukul 12 malam. Saya dan lima rekan yang lain (yang kok kebetulan sedang berkumpul), yakni Yudhi, Aris, Eko Heri, Irfan dan Slamet, langsung berangkat dari Malang menuju Kediri.

Hanya beberapa jam kami di Kediri, menyempatkan melihat pak Budi, bertemu istrinya, dan anak bungsunya yang juga rekan kami di SCeN, Bondhan Rio P.

Banyak sekali kenangan yang kami dapatkan bersama pak Budi, saat beliau masih tinggal di kota Malang, sebelum menjalani masa pensiun di kota Kediri.

Sebagai seniman sejati, rumahnya dihiasi banyak sekali benda seni. Alat musik, lukisan karya beliau, perlengkapan tari, dan sejumlah perangkat upacara kesenian lainnya.

Pada rumah tersebut, pintunya selalu terbuka untuk kami, yang terbiasa datang kapan saja, jam berapa saja. Bermalam sampai berhari-hari, ikut makan, mandi, memancing ke laut, dan lain sebagainya. Menemani beliau nonton tivi, dengan selingan dongeng dan nasihat terselubung, ada banyak sekali hal yang dapat kami jadikan pelajaran.

Tidak terhitung entah berapa kali kami 'terpaksa' menjadi penunggu rumahnya, saat beliau sekeluarga meninggalkan rumah untuk beberapa hari.
Bahkan hari raya Idul Fitri tahun 1999, ketika saya 'terjebak' tidak dapat pulang ke Sulawesi karena ketinggalan kapal, saya menginap di rumah beliau, yang kosong karena beliau sekeluarga sedang lebaran ke Kediri.

Dan masih banyak kenangan bersama beliau, yang tidak mungkin dapat diceritakan di sini.

Namun satu hal yang pasti, belum ada satupun 'balasan' yang dapat kami berikan kepada beliau, sampai kepergiannya yang mendadak.

Selamat jalan pak profesor, semoga segala amalan diterima olehNya, dan menjadi penerang serta pelindung di alam sana.
Semoga semangat dan kecintaan anda pada seni, dapat tumbuh dan berkembang di penerus bangsa ini.

Aamiin.


December 28, 2007

Kebiasaan Menutup Jalan

Siang ini, saat mentari tak punya nyali menampakkan diri, dan jam di tangan yang tanpa henti meneriakkan aku bakal terlambat ngantor lagi, aku menyusuri jalanan senti demi senti.

Entah cuma di kota Malang, atau mungkin juga di kota lain, yang punya kebiasaan menutup jalan secara sepihak dengan dalih 'acara warga'
Warga memang mempunyai hak atas jalan di wilayahnya, tapi pengguna yang membayar pajak melalui STNK juga punya hak untuk melintasi jalan tersebut.

  • Saat musim nikah (setahun bisa beberapa kali), jalanan ditutup untuk acara resepsi.
  • Saat musim 17 agustusan, jalanan ditutup untuk acara lomba atau penyerahan hadiah (setahun sekali, tapi menutup banyak jalur)
  • Saat tidak musim apa-apa, jalanan ditutup untuk kegiatan yang kok ada saja.

Bagi pengguna jalan yang tempat tinggalnya berada di sudut kota seperti aku, sangat repot kalau ada penutupan jalan, karena harus jalan memutar, mencari jalur lain.

Jika musim 'acara warga' berlangsung, bukan cuma 1 jalan saja yang ditutup, tapi beberapa jalan sekaligus. Hasilnya, aku pernah hampir 1 jam berputar-putar mencari jalan pulang menuju Joyogrand, yang biasanya hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit saja.

Lanjutkan membaca "Kebiasaan Menutup Jalan" »

December 27, 2007

Resolusi 2008

ATI Radeon X1600:

Displays:
Color LCD:
  Display Type:    LCD
  Resolution:    1440 x 900
  Depth:    32-bit Color
  Built-In:    Yes
  Core Image:    Hardware Accelerated
  Main Display:    Yes
  Mirror:    Off
  Online:    Yes
  Quartz Extreme:    Supported
Display Connector:
  Status:    No display connected



*kaburr*

December 20, 2007

Teori Relativitas

Ini mungkin ada hubungan dengan teori relativitasnya Einstein atau Galilean, tapi mungkin juga tidak :p *gak jelas*

Salah satu analogi teori relativitas yang dulu sering aku dengar adalah: duduk 1 jam menunggu kuliah selesai terasa lama sekali, tapi duduk 1 jam di cafe bersama gebetan baru terasa singkat sekali.

Yang aku perhatikan, teori seperti itu mirip dengan masalah keuanganku. Saat awal bulan memiliki uang 1 juta di kantong, membeli barang seharga 50 ribu terasa murah.
Namun saat tongpes di akhir bulan, hanya ada uang 10 ribu, harga 50 ribu terasa mahal sekali.

Dari situ bisa muncul dampak buruk:
  1. Tidak dapat menilai harga barang secara obyektif
    Beli nasi goreng seharga 10 ribu terasa murah saja, kalo saat itu sedang bawa uang banyak, tanpa melihat apa yang didapat dari nasi goreng 10 ribu di perempatan PBI itu.
    Dulu aku sering heran kalo sedang belanja dengan Bapak, yang menawar harga habis-habisan kalo harganya masih dirasa mahal. Misalnya beli baju, Bapak tau berapa seharusnya harga baju itu, dan selama belum cocok ya tidak dibeli. Saat itu aku pikir, harga segitu cukup kecil bagi Bapak, kok ndak dibeli saja sih.
    Berikutnya baru aku sadar bahwa pola pikirku yang salah.
  2. Boros
    Tentu saja, dari poin #1 efeknya adalah boros. Selama di saldo ada sejumlah uang, dan pegang ATM, bawaannya pingin belanja something yang sebenarnya belum dibutuhkan. Malah kadang aku pikir, uangku lebih awet kalo dipinjamkan. *maaf ini bukan penawaran, tapi dari beberapa kejadian memang seperti itu*
  3. Tidak bisa menabung
    Efek dari poin #2, tidak perlu dibahas.
Pola pikir relatif seperti itu memang bisa merugikan. Karena itu ada baiknya dikembangkan pola pikir kebalikannya, yakni teori absolut (ada gak ya? ngarang to the max). Saat membeli barang, pandanglah harga barang secara obyektif, tidak perduli berapapun uang di kantong.

Duduk 1 jam entah itu kuliah ataupun kencan, ya dihitung sama, toh sama-sama bisa menimbulkan DVT.

Korupsi berapapun jumlahnya tetaplah korupsi, dan yang terkait harus ada hukuman meski dia seorang capres sekalipun :-"

December 18, 2007

Pelukan Surga

Gadis itu merapikan jilbabnya yang tersingkap, yang berkibar tertiup angin dari arah haluan kapal. Berdiri bersandar di pagar besi pinggiran dek, sambil menyaksikan kapal Rinjani yang ditumpanginya perlahan merapat pada pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.

Sudah menjadi kebiasaan tak tertulis bagi sebagian besar penumpang, untuk berdiri berderet di pinggir dek sebelum kapal bersandar di pelabuhan. Tak terkecuali buat si gadis, yang meski sudah kesekian kalinya menumpang besi raksasa terapung itu, tetap saja dia menikmati saat-saat kapal berlabuh. Serasa ada momen penyatuan dirinya dengan tanah Jawa, tempatnya dilahirkan, setelah berpisah lama di pulau orang, hampir satu tahun.

Sambil memeluk ransel kecil dia menempelkan tubuh mungilnya pada pagar, supaya tidak terserempet orang-orang yang berseliweran di belakangnya. Perlombaan turun dari kapal selalu menjadi hal yang dihindarinya, terutama karena tubuhnya yang mudah terhimpit di antara tubuh-tubuh lain yang lebih besar. Menunggu jalur turun menjadi sepi, sambil melamun, tentu lebih nyaman bagi dirinya.

Apalagi saat ini kebahagiaan sedang menelusup di dalam hatinya. Dalam lamunan, dia bisa meresapi setiap sisi kebahagiaan itu, bersyukur atas kemudahan yang telah diberikanNya.

Pekerjaan baru yang dia dapatkan enam bulan yang lalu, telah menaikkan saldo tabungannya dengan nyata. Jika di pekerjaan sebelumnya, di kota yang sama, saldonya selalu kembali ke posisi semula di akhir bulan, namun di pekerjaan sekarang ini dia mendapatkan jauh lebih banyak pemasukan, di perkerjaan yang lebih layak baginya. Doa di setiap ibadahnya selama ini akhirnya terjawab.

Lanjutkan membaca "Pelukan Surga" »

Halaman: « 22 23 24 25 26 27 28 [29] 30 31 32 33 34 35 36 ... 88 »

[depan]

Pencarian

Komentar Terbaru

December 2025

Mg Sn Sl Rb Km Jm Sb
  1 2 3 4 5 6
7 8 9 10 11 12 13
14 15 16 17 18 19 20
21 22 23 24 25 26 27
28 29 30 31      

Kategori

Arsip

Aryo Sanjaya

Tinggalkan Pesan

Kisah Mahesa Jenar

Kisah dari Tanah Jawa, tentang perjalanan diri Mahesa Jenar.
Download:
Naga Sasra & Sabuk Inten
atau di sini:
download dari SaveFile.com
Theme by: Magic Paper
Didukung oleh
Movable Type 5.01


Aryo Sanjaya

Sindikasi