October 7, 2006

Buka Bareng SCeN

Hari Selasa kemaren dapat undangan buka bersama di kampus yang diadakan oleh SCeN, acaranya sendiri dilaksanakan Jum'at kemaren. Pulang kantor aku langsung meluncur ke kampus.

Sampai di kampus aku langsung masuk Ruang 6, tempat acara diadakan. Sebenernya sudah ramai orang, tapi blas satupun gak ada yang kenal. Loh, ini SCeN tah?
Anak baru semua rupanya. Aku jadi orang asing.

Baru setelah ketemu para senior mereka, aku bisa dikenali. Hihihi.
Yang datang dari angkatan pertama cuman aku, gap-nya terlalu jauh dengan angkatan yang sekarang.
Dari angkatan kedua cuma Upik yang datang, itupun cuma saat pembagian takjil baru nongol dia.
Selanjutnya yang aku kenal adalah Danang, Fariz, Cahyo, Bolot, Viki, Yasin, Dian, Novi dan beberapa lainnya cuma kenal wajah.

Acaranya cukup simple: pembukaan, sambutan dari ketua panitia, sambutan ketua umum SCeN, tausyiah (kultum?) dari perwakilan ISI, berbuka dengan dawet, sholat maghrib, makan nasi bungkus, foto-foto, dan pulang.

Gak ada kesan yang mendalam, selain ketemu sama Menjes yang ternyata masih jomblo, padahal kan... ah, sudahlah.

Berikut ini beberapa kutipan foto:



Bolot/Rollan/Chaesario (jaket biru) bersama anak baru. Bolot ini yang paling lama ngendon di SCeN, entah nyari apa.
Yang jelas sudah banyak baktinya untuk SCeN *ceileh*



Bolot (lagi) bersama pengurus angkatan sekarang.



Antri makan. Nasi bungkus dengan lauk ayam, tempe, mie, kacang, ... sedikit sambal.



Makan bareng emang bikin selera meningkat. Masing-masing bikin lingkaran sendiri.



Yasin dan Faris, sama-sama mantan ketua umum SCeN, dan sudah masuk dalam jajaran Anggota Tua.



Foto-foto para pengurus dan mantan pengurus. Cuma beberapa yang aku kenal dan tau namanya.

October 6, 2006

Pak Sholeh di Malang

Ya, info yang basbang sebenarnya, tapi aku baru tau semalam sih :D

Kemaren diajak buka bersama, eh, buka bareng, eh, hmm, terserahlah, kemana aja, yang penting ke rumah makan. Ketika dikatakan kalo kita mau ke Pak Sholeh, yang terbayang adalah Ayam Bakar Pak Sholeh di Pandaan sana. Waw, jauh banget yo!

Pak Sholeh


Tapi ternyata di Malang juga ada cabangnya (entah cabang atau franchise, who cares?), dan katanya ini sudah ada sejak lama, sejak 2 tahunan yang lalu. Walah, kok aku bisa ketinggalan info satu ini ya.

Menurutku Pak Sholeh termasuk warung yang fenomenal, larisnya. Bahkan saking larisnya, orang ke sana kadang bukan cuma untuk makan, tapi terhitung berwisata (bayangkan dari Malang ke Pandaan cuma untuk makan ini). Ya, dulu waktu masih bujang, aku sering rame-rame ke Pak Sholeh Pandaan sana. Ralat: sekarang juga masih bujang ;;)

Lanjutkan membaca "Pak Sholeh di Malang" »

September 28, 2006

Ngabuburit Bersama Asongan

Ini bukan asongan si Anjal (anak jalanan), tetapi para penjual jalanan dadakan, yang muncul saat bulan Ramadhan saja, ketika mendekati waktu berbuka puasa.

Saat bulan Ramadhan tiba, di jalan-jalan tertentu kota Malang banyak dipenuhi para penjual takjil (makanan/minuman ringan untuk berbuka puasa). Jumlahnya bisa membludak tak terkontrol, memenuhi ruas jalan, menyebabkan jalanan macet.
Uniknya, sebagian besar dari mereka (atau seluruhnya) adalah para ABG cewek cowok. Dengan dandanan simple yang justru menambah kesan imut mereka.

Aku gak yakin kapan tepatnya fenomena ini mulai terjadi, karena seingatku 6 - 9 tahun yang lalu belum ada kejadian ini di Malang. Tempat diadakannya 'penjualan' inipun semakin meluas. Yang aku tau dulu adanya cuma di jalan Soekarno Hatta, yang memang sangat luas dan terjangkau dari mana-mana. Tapi sekarang lebih banyak tempat yang digunakan, misalnya di jalan Veteran.

Lanjutkan membaca "Ngabuburit Bersama Asongan" »

Ludruk Kartolo CS

Masih terlintas di kenangan, waktu aku masih kecil (1 meter-an) sering mendengarkan kaset milik pamanku, di antaranya adalah kisah tentang Mahesa Jenar dan ludruk lawakan Kartolo CS.
Selain dari kaset pamanku, juga dari berbagai acara, misalnya resepsi pernikahan, sunatan, dan dari radio AM.

Sebagai info, di daerahku kalo ada acara pernikahan atau sunatan, orang akan memasang 2 buah speaker dengan merk TOA, dipancang pada sebuah pohon bambu yang tinggi sekali, sehingga dapat terdengar di seantero desa.
Yang diperdengarkan adalah musik-musik ceria (dangdut/qasidah), pengajian (Zainuddin MZ), kethoprak dan ludruk.

Sekarang sih sudah gak ada kayak gitu, karena sudah pake 8 salon bertumpuk, yang suaranya lebih merdu meski jangkauannya tidak satu desa, dan setauku yang dimainkan cuma musik saja, gak seperti zaman aku kecil dulu.
Padahal dari acara seperti itu, aku jadi tau banyak tentang kethoprak, ludruk, pengajian, etc.

Cak Kartolo
Kembali ke Kartolo, yang merupakan seorang pelawak ludruk legendaris asal Surabaya, Jawa Timur. Beliau sudah lebih dari 40 tahun hidup dalam dunia seni ludruk.

Nama Kartolo dengan suaranya yang khas, dengan banyolan yang lugu dan cerdas, hampir pasti dikenal di seluruh Jawa Timur, bahkan di daerahku di pertengahan Jawa Tengah.

Bagi yang belum tau ludruk, ludruk adalah kesenian tradisional asal Jawa Timur, menampilkan dialog/monolog yang bersifat menghibur dan membuat penontonnya tertawa. Ceritanya biasanya diambil dari kehidupan sehari-hari, dan menggunakan bahasa khas Surabaya, meski terkadang ada bintang tamu dari daerah lain seperti Jombang, Malang, Madura, Madiun dengan logat yang berbeda.

Berbeda dengan kethoprak dari Jawa Tengah, yang ceritanya sering diambil dari kisah zaman dulu (sejarah maupun dongeng), dan bersifat menyampaikan pesan tertentu.

Lanjutkan membaca "Ludruk Kartolo CS" »

September 25, 2006

Pasar vs Supermarket

Judulnya gak konsisten, satu pake bahasa Indonesia dan satunya inggris.
Intinya, pasar tradisional vs pasar swalayan.

Hal ini sudah terlalu banyak dan terlalu sering dibahas, jadi agak-agak basbang gitulah.
Aku juga gak pingin membahas. Bukan karena aku tidak sensitif lingkungan, tapi karena ... ah, gak pingin aja. Sampai sekarang ini baru pingin. *ah, mbulet*

Kemaren aku pulang kampung ke Demak, untuk nyekar kakek nenek, dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan.
Menjelang puasa hari pertama, aku diminta mengantar ibu belanja ke pasar, yeah, sekalian aku rencana potong rambut, biar (tambah) cakep.

Pertama kita ke pasar tradisional, membeli bahan-bahan untuk kolak manis dan ikan tongkol untuk digoreng pedas. (wew, ngetik ini pas puasa, sama beratnya dengan membacanya pas puasa, xixixixi...).

Selanjutnya ibu mengajak aku ke pasar swalayan. Setauku dulu cuma ada satu swalayan di Demak. Tapi rupanya aku kurang info, karena ternyata ada beberapa lagi yang sudah beroperasi. Bank BCA aja gak bernyali untuk masuk (bahkan sekedar ATM BCA-pun gak ada), tapi swalayan sudah mendahuluinya.
Yah, gak begitu besar sih, tapi cukup signifikan untuk diperbandingkan dengan pasar tradisional.

Lanjutkan membaca "Pasar vs Supermarket" »

Halaman: « 43 44 45 46 47 48 49 [50] 51 52 53 54 55 56 57 ... 88 »

[depan]

Pencarian

Komentar Terbaru

December 2025

Mg Sn Sl Rb Km Jm Sb
  1 2 3 4 5 6
7 8 9 10 11 12 13
14 15 16 17 18 19 20
21 22 23 24 25 26 27
28 29 30 31      

Kategori

Arsip

Aryo Sanjaya

Tinggalkan Pesan

Kisah Mahesa Jenar

Kisah dari Tanah Jawa, tentang perjalanan diri Mahesa Jenar.
Download:
Naga Sasra & Sabuk Inten
atau di sini:
download dari SaveFile.com
Theme by: Magic Paper
Didukung oleh
Movable Type 5.01


Aryo Sanjaya

Sindikasi