Suatu ketika, seorang guru bernama Resi Dorna sedang melatih 100 muridnya dalam ilmu memanah. Kali ini mereka berlatih memanah seekor burung yang sedang bertengger di dahan pohon. (disklaimer: saat itu mungkin belum ada papan pengumuman "dilarang memanah burung")
Saat masing-masing murid sudah meregangkan busurnya, membidik burung yang sedang asyik melamun, Resi Dorna menanyai satu persatu muridnya.
Pertanyaan kepada murid pertama: "Apa yang kamu lihat?"
Murid: "Saya melihat burung di atas pohon yang rindang, dengan pemandangan gunung di belakangnya"
Resi Dorna: "Kamu gagal. Turunkan busurmu dan pergilah dari sini"
Kepada murid kedua: "Apa yang kamu lihat?"
Murid: "Saya melihat burung yang siap menjadi burung panggang yang lezat (hungry) "
Resi Dorna: "Kamu juga gagal. Turunkan busurmu dan pergi"
Begitu seterusnya, para murid berguguran gara-gara pertanyaan sang Resi. Sampai dengan murid terakhir.
Resi Dorna: "Apa yang kamu lihat?"
Murid: "Saya melihat burung yang di lehernya tertancap panah yang saya lepaskan"
Resi Dorna: "Bagus, sekarang kamu panah burung itu"
Si murid melepaskan panahnya, lalu zlapp, burung itu terjatuh dengan panah di lehernya.
Murid tersebut adalah Arjuna, pemanah ulung nomor 1 di dunia (wayang), dan juga lelananging jagad pemanah hati wanita nomor 1 di dunia (wayang juga).
Sejak saat itu, Arjuna menjadi murid kesayangan Resi Dorna, dan berjanji tidak menerima murid panah lainnya. Hanya Arjuna yang akan dihantarkan menjadi pemanah nomor 1 di dunia (ya, wayang).
--------
Moral of the story: fokus pada tujuan, abaikan godaan lain yang akan membiaskan tujuan tersebut.
Ok, dan dongeng berlanjut:
--------
Lanjutkan membaca "Arjuna, Ekalaya, dan Mahesa Jenar" »
Komentar Terbaru