« Bulan Madu | Depan | Abdul Rahman »

Mengisi Waktu

Malam itu aku baru saja sampai di tempat pengajian, setelah berjalan beberapa kilometer dari pesantrenku. Di tempat ini, yang berjuluk Bumi Damai, setiap malam Selasa selalu diadakan pengajian kitab Al-Hikam oleh pengasuh pondok pesantren setempat. Peserta pengajian bukan hanya dari pesantren tersebut, namun juga dari pesantren lain, bahkan dari kota-kota lain, semisal Malang, Sidoarjo dan Mojokerto.

Aku biasanya pergi bersama teman-teman dari pesantrenku, paling tidak ada 5-6 santri yang mengikuti pengajian ini. Tapi entah pada kemana, sejak sholat Isya' tadi mereka tidak ada yang terlihat, sehingga aku putuskan untuk pergi sendiri karena pengajian diadakan sekitar jam 8 malam. Meskipun kadang juga molor karena sebelum pengajian dimulai, ada acara istighosah.

Sambil menunggu pengajian dimulai, aku mampir ke sebuah warung di luar pesantren. Segelas teh hangat sangat menggoda untuk mengusir hawa dinginnya malam. Inilah Jombang, kalau siang panasnya luar biasa, kalau malam dinginnya menusuk tulang.

Sembari menikmati teh, sekilas aku melihat penjual kacang tanah yang menggelar dagangannya tidak jauh dari tempatku duduk. Seorang bapak tua, berbaju putih kumal dengan topi bundar entah hitam entah cokelat, duduk bersandar di pagar pesantren. Setumpuk kacang tanah digelar pada lapak di depannya, diterangi sebuah lampu ublik.

Sepintas tidak ada yang aneh, namun karena sedang menganggur, aku memperhatikan saja apa yang dilakukan bapak itu.

Segenggam kacang tanah digenggam di tangan kirinya, satu persatu diambil dan dimasukkan ke dalam takaran kacang. Ketika takaran itu penuh, ditumpahkan isinya ke tumpukan kacang di depannya sehingga kosong. Sedangkan kalau kacang di tangan kirinya habis, dia mengambil lagi dari tumpukan. Begitu seterusnya.

Penasaran, aku semakin memperhatikan. Dari jarak sekitar 2 meter, terlihat mulutnya berkomat-kamit, seperti... berdzikir?

MasyaAlloh, dia menggunakan kacangnya untuk berdzikir, di kegelapan dan dingin malam, di pinggir lalu lalang orang berjalan, di bawah pagar.

Seketika itu aku merasa berdebar, malu luar biasa. Menunggu pengajian dimulai saja aku masih memanjakan diri pergi ke warung, sedangkan bapak itu, menunggu rejeki dengan menyebut namaNya.

Subhanalloh...


Ada 10 komentar

sluman slumun slamet pada July 9, 2008 6:45 PM menulis:

sungguh layak diteladani....

Aryo:
bapak dosen waktu ngeblog gitu tiap penekanan keyboard sambil dzikir ga?

*interview*


Balas Komentar Ini
Sarimin pada July 9, 2008 9:49 PM menulis:

;)) Om Aryo...

Aryo:
lapo min? wes adus durung?


Balas Komentar Ini
Gum pada July 10, 2008 12:28 AM menulis:
mulutnya berkomat-kamit, seperti... berdzikir?

masih seperti.
kalo ternyata berhitung gimana? :D

Aryo:
yang gak pernah dzikir mana bisa tau dzikir itu gimana...

*nyelem*


Balas Komentar Ini
Jauhari pada July 10, 2008 3:23 PM menulis:

Tobat tobat tobat

Aryo:
tobat lombok


Balas Komentar Ini
Diah pada July 11, 2008 11:29 PM menulis:

Sungguh beruntung org bertemu dan langsung melihatnya dengan mata sendiri :)

Aryo:
iyah, sungguh beruntung


Balas Komentar Ini
isdah ahmad pada July 13, 2008 12:54 PM menulis:

mangkane jo... ngisi waktu koq ngejunk lewat engpon, tiruen wong iku :p

Aryo:
mungkin mergo wong iku ra tau ngejunk :p


Balas Komentar Ini
ame268 pada July 26, 2008 9:13 AM menulis:

lam kenal, opo ngaji di alhikam? temen saya ngajar disitu namanya azmi, kenal?

Balas Komentar Ini
billy pada August 22, 2008 7:03 PM menulis:

salam kenal mas Aryo,syukurlah klo pak tua memang sedang berzikir,setidaknya bisa befikir positif itu baik...

Balas Komentar Ini
izoer pada October 22, 2008 1:27 PM menulis:

alhamdulillah [-O

Balas Komentar Ini
izoer pada October 22, 2008 1:29 PM menulis:

alhamdulillah [-O

Aryo:
wa syukurillah


Balas Komentar Ini

Isi Komentar




  Isi Smiley


Pencarian

Komentar Terbaru

December 2021

Mg Sn Sl Rb Km Jm Sb
      1 2 3 4
5 6 7 8 9 10 11
12 13 14 15 16 17 18
19 20 21 22 23 24 25
26 27 28 29 30 31  

Kategori

Arsip

Aryo Sanjaya

Tinggalkan Pesan

Kisah Mahesa Jenar

Kisah dari Tanah Jawa, tentang perjalanan diri Mahesa Jenar.
Download:
Naga Sasra & Sabuk Inten
atau di sini:
download dari SaveFile.com
Theme by: Magic Paper
Didukung oleh
Movable Type 6.3.10


Aryo Sanjaya

Sindikasi