« Cewek atau Cowok? | Depan | Jadi Petugas KPPS »

Patuh Pada Guru

Dongeng lagi ^^

Kisah tentang kepatuhan Bima (Werkudara) pada perintah gurunya, Resi Dorna. Kalau dalam pewayangan adalah kisah Dewa Ruci.

Suatu saat, Kurawa bermaksud menyingkirkan Bima, sebagai yang terkuat di antara para Pendawa lainnya. Untuk itu mereka memanfaatkan Resi Dorna yang juga merupakan guru dari Pendawa.

Resi Dorna memberikan perintah pada Bima untuk mencari Sarang Angin, yang terletak di Gunung Candramuka, gunung angker penuh bahaya. Tujuannya adalah agar Bima terbunuh di gunung tersebut.

Bima yang terkenal kuat, jujur, dan patuh pada gurunya, mengikuti perintah gurunya tanpa curiga sedikitpun, meski sudah diperingatkan oleh para sodaranya.

Sampai di gunung itu, Bima bertemu dengan 2 raksasa, Rukmuka dan Rukmakala. Terjadi pertempuran sengit yang akhirnya dimenangkan oleh Bima. Raksasa yang mati kemudian berubah menjadi Bathara Indra dan Bathara Bayu. Bahkan kemudian Bima diberi sebuah cincin sakti bernama Sesotya Mustika Manik Candrama. Dan oleh dewa tersebut dikatakan sebenarnya Dorna telah berdusta, Sarang Angin tidak ada di Candramuka. Bima disuruh kembali ke Dorna.

Segera Bima kembali ke Resi Dorna, namun Dorna berkilah bahwa itu hanya tahap awal ujian yang harus ditempuh Bima.

Tugas berikutnya adalah mencari Air Suci, yang letaknya di Gua Sigrangga di hutan Palasara. Kembali Bima dicegah oleh sodara-sodaranya, namun tetap berangkat ke hutan angker tersebut.

Dalam gua Bima bertemu ular yang sangat besar, dan terjadi pertempuran sengit. Sekali lagi Bima menang. Ular berubah menjadi Dewi Maheswari, yang memberitahu tidak ada Air Suci di tempat itu.

Kembali Bima menghadap Dorna. Sekali lagi dikatakan bahwa itu hanyalah ujian.

Yang terakhir, Dorna menyuruh mengambil Air Suci tersebut di tengah Laut Selatan. Bima segera berangkat.

Sampai di Wana (hutan) Sunyapringga, Bima dicegat oleh 4 bersaudara, yakni Hanuman (putih), Jajagwreko (merah), Setubandha (hijau), Maenaka (hitam). Mereka mencoba menghalangi Bima karena Laut Selatan sangat berbahaya.

Akhir proses terjadi duel Bima melawan keempatnya, dan lagi-lagi menang, karena tekat Bima yang sangat kuat.

Perjalanan dilanjutkan ke tengah Samudra. Di sana bertemu ular Nabatnawa. Singkat cerita Bima berhasil mengalahkan ular besar itu, yang lalu menumpahkan darah sehingga membuat lautan berwarna merah.

Meskipun menang, namun tenaga Bima sudah habis. Dia terombang-ambing di lautan, terhempas mengenai karang-karang. Dia merasa sudah akan menemui ajalnya.

Bima dan Dewa RuciLalu muncullah Dewa Ruci, yang persis menyerupai Bima namun lebih kecil. Dewa Ruci meminta Bima untuk masuk ke dalam dirinya melalui telinga kiri. Di dalamnya Bima menemui tempat yang amat sangat nyaman, luas tak bertepi, tidak ada atas dan bawah. Begitu nikmat, tenang dan nyaman sehingga Bima enggan untuk kembali ke dunianya.

Namun karena dunia masih membutuhkan bantuannya, Bima akhirnya kembali ke dunia nyata untuk menegakkan kebenaran.

Demikian dongeng kali ini. *lho, udah pada tidur*

----------------------

Cerita ini pada dasarnya adalah cerita sufistik tentang pencarian jati diri, mengenali komponen diri, melawan nafsu sendiri, dan akhirnya mencapai ma'rifat diri. Man Arafa Nafsahu, Arafa Rabbahu, barang siapa mengenal dirinya, maka dia mengenal Tuhannya.

Banyak obyek simbol yang bermakna dalam sekali di cerita tersebut, yang belum waktunya aku dapat bercerita :D
Misalnya Sarang Angin, Air Suci, Dewa Ruci, 4 bersaudara, 2 raksasa, dsb, panjang sekali penjelasannya.

Namun moral of the story lainnya adalah: kepatuhan atau tawaddu pada guru/ustadz/kyai adalah hal yang wajib.

Dalam cerita di atas, ilmu Bima menjadi lebih tinggi karena berhasil mengikuti perintah gurunya, bahkan lebih tinggi daripada Dorna sendiri, karena Dorna hanya sekedar tau teori Air Suci, sedangkan Bima mengalaminya sendiri.

Sama seperti penghormatan Mahesa Jenar saat berlatih dalam gua ditunggui oleh patung gurunya, yang akhirnya bahkan ilmu kedigjayaan Mahesa Jenar melebihi gurunya sendiri.

Patuh di sini bukan karena manusianya, tapi karena posisi mereka. Tentu dengan catatan selama ajaran tersebut tidak melanggar syariat Islam, karena semakin tinggi suatu ajaran, justru semakin memperkuat syariatnya.

Wallahua'alam.




Ada 38 komentar

Sarimin pada March 20, 2009 5:41 PM menulis:

Mmm...Mmm...bingung arep komen opo Om! :)

@btw. kemaren aku ga kirim virus Om, sekarang emang sering onok Virus di YM! :(

Balas Komentar Ini
Aryo Sanjaya pada March 20, 2009 6:18 PM membalas Sarimin:

gak usah komen, cukup format HDD-mu, install Windows + YM ulang, terus genti password YM-mu :p

Balas Komentar Ini
Sarimin pada March 20, 2009 6:30 PM membalas Aryo Sanjaya:

Wkwkwkw...ampun Om...

Balas Komentar Ini
Bagas pada March 20, 2009 6:22 PM menulis:

Kalau versi india dimana hanoman itu adalah kakak dari Bima(satu ayah, dewa bayu) jangankan mengalahkan, mengangkat ekor Hanoman pun Bima gak kuat. :D

Balas Komentar Ini
Aryo Sanjaya pada March 20, 2009 11:36 PM membalas Bagas:

Ini versi sufi dan kejawen ;))

4 bersaudara itu simbol kakang kawah adi ari-ari, Bima sebagai pancer.

Balas Komentar Ini
Aryo Sanjaya pada March 23, 2009 2:00 PM membalas Bagas:

Tapi di cerita ini juga sama kok, Hanoman adalah saudara tunggal Bayu-nya Bima.

Dalam hal ini Hanoman tidak bermaksud mengalahkan, hanya menghalang-halangi tapi tidak mencegah tindakan Bima.

Misalnya dirimu mau melamar Isdah, mungkin dihalang-halangi oleh Arief. Tapi kalo kamu tetep ngeyel ya dibiarkan lah.

*contoh yang bagus*

Balas Komentar Ini
Bagas pada March 27, 2009 5:16 AM membalas Aryo Sanjaya:

We'ik

PLAK KEPLAK PLAK!!

Balas Komentar Ini
Nogo Sosro pada May 6, 2009 1:05 PM membalas Aryo Sanjaya:

Ada beberapa cerita atau kisah yang sama, seperti yang dilakukan oleh BIMA.
Di antaranya: Nabi Ibrahim as menemukan kebenaran sejati dalam gua. Nabi Yusuf as dalam sumur, Nabi Muhammad SAW pun sama, dalam Gua Hiro, Mahesa Jenar pun dalam Gua. Para Leluhur kita, mampu menemukan KEBENARAN SEJATI dalam GUAnya sendiri.

Bener, gak, Mas?

Balas Komentar Ini
suroso pada March 21, 2009 12:02 PM menulis:

bagus ceritanya, thanks for sharing

Balas Komentar Ini
Aryo Sanjaya pada March 26, 2009 12:21 PM membalas suroso:

thanks for reading :D

Balas Komentar Ini
eRQee pada March 26, 2009 7:28 AM menulis:

sepertinya Resi Dorna itu tokoh antagonis dari keseluruhan cerita pewayangan ini?

*hmm..., Mpu Tantular bisa-bisa aja bikin cerita yang begitu kompleks sampe2 bisa melahirkan sebuah persepsi makna yang dalam bangedd. Seandainya dia sekarang masih ada dan bikin sekolah penulis, mungkin sinetron-sinetron indonesia skrg ceritanya jauh lebih bermutu.

Ditunggu kelanjutan kisah pewayangan lainnya ya Mpu Aryo Sanjaya. :-) Serat Mahesa Jenar ini udah ta' masukin Google Reader ku koq. hehehe...

Balas Komentar Ini
Aryo Sanjaya pada March 26, 2009 9:21 AM membalas eRQee:

Hehehe, sebagaimana prinsip keseimbangan alam, gak lengkap dunia tanpa komponen negatif dan positif, tokoh baik dan tokoh jahat.

Tapi itu semua hanya 'tabir', karena pada hakekatnya semua adalah komponen pembentuk alam.

Di akhir cerita di atas, Bima tetap berterimakasih pada Resi Dorna karena sebab dialah Bima dapat mencapai ilmu Sampurnaning Urip.

Balas Komentar Ini
anton ashardi pada March 26, 2009 7:56 AM menulis:

Wallahu'alam -> Kalau pake ini gimana: Wallahua'lam

Balas Komentar Ini
Aryo Sanjaya pada March 26, 2009 8:40 AM membalas anton ashardi:

Typo :D udah fixed, makasih. Pantesan kayak ada yang aneh.

Balas Komentar Ini
Ririn pada March 26, 2009 11:21 AM menulis:

keren.. kerenn..
dulu waktu esempeh.. di pelajaran "bahasa jawa" sering di crita'in dongeng2 kek gini.. jd kangen ma guru bahasa jawa ituh.. deknya senang nembang sisan.. di kelas kita di ajarin nembang jawa jg.. huakakakka.. seruuuu wesss.. esempeh satoe.. di jalan lawoe.. emang TOP (*)

Balas Komentar Ini
Aryo Sanjaya pada March 26, 2009 12:20 PM membalas Ririn:

Ini Ririn Australi bukan? kok SMP-nya di jalan Lawu?

Balas Komentar Ini
Ririn pada March 26, 2009 7:03 PM menulis:

yeap.. aq kan di malang mulai tahun 1997 sampe 2003, esempeku di malang.. dulu mo masuk esempe 3 gak jadi, gak tau lebih milih yg di jalan lawoe no 12.. kita sering sebut "argowulas" arek gunung lawu nomer rolas.. hihihihi

Balas Komentar Ini
Aryo Sanjaya pada March 26, 2009 8:59 PM membalas Ririn:

oo, berarti bukan Ririn yang dari Kendari :)
URL blognya dicantumin dong, buat kunjungan balik :D

Balas Komentar Ini
mbahdi pada March 27, 2009 11:34 AM menulis:

Wah...klo ada wayang versi terjemahan gini jadi ngerti :D Seneng dengerin wayang tapi ga mudeng artine. Klo bahas bahasa jawa juga gmn Empu Aryo?? ;))

Balas Komentar Ini
Aryo Sanjaya pada March 27, 2009 6:39 PM membalas mbahdi:

jawa script apa jawa applet?

Balas Komentar Ini
son..............? pada March 30, 2009 5:34 PM menulis:

ak son dari jawa wetan.sesekali ak terpikir.bagaimn ak bisa ktm kakang kawah..dan ak bs ngobrol dengan adi ari2.sebenary bagaimn mbah aryo klo di telusuri..............???apakah bisa.?.

Balas Komentar Ini
ammadis.web.id pada April 1, 2009 10:42 AM menulis:

Nice story....

Ceritanya kayak zaman nya para wali songo yaa....

Balas Komentar Ini
KaiToU KiD pada April 1, 2009 2:26 PM menulis:

Cerita kayak ginian ada filemnya gag seh, om? :-/
Pengin nonton..

Balas Komentar Ini
Aryo Sanjaya pada April 1, 2009 6:20 PM membalas KaiToU KiD:

Hmm... kalo film aku belum pernah tau, tapi kalo wayang dalam bentuk video sih tau. Coba itu search "Dewa Ruci" di YouTube :p

Balas Komentar Ini
Andi Eko pada April 2, 2009 10:08 AM menulis:

Klo jaman sekarang patuh pada guru harus bener2x mencari yang benar.
Jaman semakin susah cari orang benar ... :(

Balas Komentar Ini
Aryo Sanjaya pada April 2, 2009 1:08 PM membalas Andi Eko:

Memang, salah satu ciri-ciri akhir zaman adalah dicabutnya orang-orang berilmu dari dunia :(

Balas Komentar Ini
aLe pada April 3, 2009 6:53 PM menulis:

Dongeng Motivasi dot Kom

Balas Komentar Ini
teddy pada April 7, 2009 2:29 PM menulis:

beraniaryo.com

Balas Komentar Ini
ucit pada April 8, 2009 11:33 AM menulis:


ayo.... ayo... anak-anak... dikerjain tugasnya, jangan ngobrol melulu. ekekkeke sampean tahu ga, aku sing merasa berpropesi sebagai bu guru sueneng banget lek muridku muanut. rasane kudu tak pek mantu a'e...

trus.. dadine segala rapalan do'a kui ga lupa teruntai buat murid-murid yang muanut-muanut kui mau. masio utek'e sak cepuk korat-karit tapi lek muanut yho tak belani lek kate ono guru sing gak ngunggahno. wekekekke

Balas Komentar Ini
Aryo Sanjaya pada April 8, 2009 11:51 AM membalas ucit:

awakmu ae durung rabi cit, piye arep ngepek mantu. mosok mbuk kontrak disek bocahe.

Balas Komentar Ini
herry pada April 10, 2009 8:23 PM menulis:

Mz aryo...!? kalo begitu cerita dewa ruci pada dasarnya hampir sama donk dgn siti jenar, yg sama2 mencari jati diri dgn jalan manunggale kawulo marang gusti?

Balas Komentar Ini
herry pada April 10, 2009 8:24 PM menulis:

Mz aryo...!? kalo begitu cerita dewa ruci pada dasarnya hampir sama donk dgn siti jenar, yg sama2 mencari jati diri dgn jalan manunggale kawulo marang gusti?

Balas Komentar Ini
ruslan pada April 17, 2009 11:35 PM menulis:

benerrrr...
siapapun butuh patuh terhadap siapa yang dia percayai...
dan itu butuh pengorbanan...
tapi ingat patuh itu bukan lemah tapi tanggung jawab...

semangat!!!

Balas Komentar Ini
Ulumuddin pada April 21, 2009 12:41 PM menulis:

Benar2 bacaan yang menarik!
Thanks

Balas Komentar Ini
jokonet pada May 6, 2009 12:33 PM menulis:

kok suwe gk ada dongeng-dongeng baru?

Balas Komentar Ini
Aryo Sanjaya pada May 6, 2009 4:32 PM membalas jokonet:

daripada menceritakan dongeng/sejarah, bukankah lebih baik menciptakan sejarah? :P

Balas Komentar Ini
Bima pada October 31, 2011 1:09 PM menulis:

Apik iki, kapan-kapan dijelaske sing wungkalbener, aku ngertine isih sithik bab kuwi, ben tambah manteb leh lelaku!!!

Balas Komentar Ini
Edy Purnomo Cahyo Kusumo pada April 14, 2012 1:28 PM menulis:

Memang dalam cerita ini penuh makna mungkin untuk mengetahuinya harus ikut pengajian Al Hikan\Tariqoh seperti tempat yg luas dan nyaman itu bisa berarti Lauhil mahfus, yg 4 org tadi bisa bermakna Turi, Tembuni, Tuban, Darah atau Air, Api Angin, Tanah sebagai 4 unsur anasir, trus kalo air suci itu memng hanya makna sebab air kelapa pun masih belum tentu suci saran jika ingin ketemu air suci itu pelajari lagi/dalami lagi agama (Islam) kalu tidak salah nama air itu : AIR MA'ULHAYA, lebih kurangnya mhn maaf ( Aku pengikut Tariqoh Sammaniyah )

Balas Komentar Ini

Isi Komentar




  Isi Smiley


Pencarian

Komentar Terbaru

December 2021

Mg Sn Sl Rb Km Jm Sb
      1 2 3 4
5 6 7 8 9 10 11
12 13 14 15 16 17 18
19 20 21 22 23 24 25
26 27 28 29 30 31  

Kategori

Arsip

Aryo Sanjaya

Tinggalkan Pesan

Kisah Mahesa Jenar

Kisah dari Tanah Jawa, tentang perjalanan diri Mahesa Jenar.
Download:
Naga Sasra & Sabuk Inten
atau di sini:
download dari SaveFile.com
Theme by: Magic Paper
Didukung oleh
Movable Type 6.3.10


Aryo Sanjaya

Sindikasi