Utama

August 11, 2008

Penipuan Berkedok Kecelakaan

Siang itu aku sedang berada di kampus, tepatnya di ruang UKM SCeN, sedang klik-klik gambar-gambar chika diagram instalasi jaringan. Mendadak HP bergetar, dengan nama pemanggil adalah "Emak".

"Ha...", sapaku tertahan, suara riuh di seberang sana.

"Har, adekmu tabrakan... Gun..., ditabrak karo taksi... sikile putung... kowe ndek endi iki... bla bla bla..." (gak perlu diterjemahkan ke bahasa Indonesia, dan gak perlu dialog lengkap, soalnya sudah lupa kalimat lengkapnya).

Intinya ibuku mendapatkan kabar bahwa adikku mengalami kecelakaan di Jogja, dan sedang dirawat di rumah sakit. Si penelepon mengatakan harus segera dilakukan operasi untuk menolong jiwanya, dan membutuhkan sejumlah uang sebagai uang muka.

HP Gun tidak dapat dihubungi, dan tidak ada famili/kenalan di Jogja.

Segera aku tancap gas, tanpa persiapan apapun dari Malang aku meluncur ke Jogja.

Lanjutkan membaca "Penipuan Berkedok Kecelakaan" »

December 30, 2007

Hidup di Seni, Mati di Seni

Kalimat seperti itu mudah diucapkan, namun tidak semua orang dapat mengimplementasikannya.

Tetapi seorang seniman yang juga seorang profesor, juga dalang, juga pelukis, juga pejabat, juga pendekar, duta budaya, telah berhasil dengan suksesnya membuktikan sendiri kalimat yang pernah diucapkannya tersebut.

Prof. Dr. Drs. Budi Udjianto, MPA, meninggal dunia saat melakukan pentas wayang, menjadi dalang dalam peluncuran buku karyanya, "Banjaran Kadiri", di Balaikota Kediri, Sabtu 29 Desember 2007, sekitar jam 23:00.

Meninggal dunia tepat di hari ulang tahun pernikahan ke-32, dan bertepatan dengan hari lahir (weton) cucu kesayangannya, Arva.

Berita selengkapnya

~~~

Saat saya mendapatkan berita meninggalnya beliau, jam sudah hampir menunjukkan pukul 12 malam. Saya dan lima rekan yang lain (yang kok kebetulan sedang berkumpul), yakni Yudhi, Aris, Eko Heri, Irfan dan Slamet, langsung berangkat dari Malang menuju Kediri.

Hanya beberapa jam kami di Kediri, menyempatkan melihat pak Budi, bertemu istrinya, dan anak bungsunya yang juga rekan kami di SCeN, Bondhan Rio P.

Banyak sekali kenangan yang kami dapatkan bersama pak Budi, saat beliau masih tinggal di kota Malang, sebelum menjalani masa pensiun di kota Kediri.

Sebagai seniman sejati, rumahnya dihiasi banyak sekali benda seni. Alat musik, lukisan karya beliau, perlengkapan tari, dan sejumlah perangkat upacara kesenian lainnya.

Pada rumah tersebut, pintunya selalu terbuka untuk kami, yang terbiasa datang kapan saja, jam berapa saja. Bermalam sampai berhari-hari, ikut makan, mandi, memancing ke laut, dan lain sebagainya. Menemani beliau nonton tivi, dengan selingan dongeng dan nasihat terselubung, ada banyak sekali hal yang dapat kami jadikan pelajaran.

Tidak terhitung entah berapa kali kami 'terpaksa' menjadi penunggu rumahnya, saat beliau sekeluarga meninggalkan rumah untuk beberapa hari.
Bahkan hari raya Idul Fitri tahun 1999, ketika saya 'terjebak' tidak dapat pulang ke Sulawesi karena ketinggalan kapal, saya menginap di rumah beliau, yang kosong karena beliau sekeluarga sedang lebaran ke Kediri.

Dan masih banyak kenangan bersama beliau, yang tidak mungkin dapat diceritakan di sini.

Namun satu hal yang pasti, belum ada satupun 'balasan' yang dapat kami berikan kepada beliau, sampai kepergiannya yang mendadak.

Selamat jalan pak profesor, semoga segala amalan diterima olehNya, dan menjadi penerang serta pelindung di alam sana.
Semoga semangat dan kecintaan anda pada seni, dapat tumbuh dan berkembang di penerus bangsa ini.

Aamiin.


Pencarian

Komentar Terbaru

December 2021

Mg Sn Sl Rb Km Jm Sb
      1 2 3 4
5 6 7 8 9 10 11
12 13 14 15 16 17 18
19 20 21 22 23 24 25
26 27 28 29 30 31  

Kategori

Arsip

Aryo Sanjaya

Tinggalkan Pesan

Kisah Mahesa Jenar

Kisah dari Tanah Jawa, tentang perjalanan diri Mahesa Jenar.
Download:
Naga Sasra & Sabuk Inten
atau di sini:
download dari SaveFile.com
Theme by: Magic Paper
Didukung oleh
Movable Type 6.3.10


Aryo Sanjaya

Sindikasi