'Ismat

Posted by Aryo Sanjaya, 2 Jul 2009

Seringkali ketika kita memiliki suatu maksud, namun saat akan melakukannya mendadak adaaa saja yang menghalangi.

Misalnya: hendak ke pasar, mau naik motor tetapi bannya kempes, mau bawa mobil tapi sedang dipakai yang lain, mau naik angkot tidak ada sama sekali yang lewat, dan seterusnya, seakan-akan ada 'konspirasi' yang bermaksud membuat kita tidak jadi berangkat.

Atau yang lebih simple, saat hendak menuju suatu tempat, ke hotel misalnya, tapi ketika waktunya belok, kita lupa sama sekali kalo mau ke situ. Setelah beberapa lama baru ingat bahwa tempat tujuan sudah terlewati.

Dan banyak lagi hal-hal yang tidak kita sadari telah melakukan atau tidak jadi melakukan.

Menurut guruku, hal tersebut dinamakan 'ismat, adanya kuasa di luar kita yang melakukan intervensi, dalam rangka memberikan perlindungan dari hal yang tidak kita sadari.

Sebagaimana penggalan dalam doa sholat Dhuha:

... و العصمة عصمتك ...

... dan perlindungan itu adalah perlindunganMu...

Masalahnya, kadang persepsi kita yang salah menyikapi 'ismat ini.

Ketika mau ke hotel tapi terlewati dan harus memutar balik yang jauh banget, yang ada adalah kita uring-uringan, menganggap itu sebagai kesialan. Padahal kita tidak sadar, seandainya kita tidak 'disesatkan' olehNya, akan terjadi dampak yang lebih buruk. Misalnya tidak jadi belok ke hotel JW Marriot, ternyata setelah menjauh, terjadi ledakan bom di hotel tersebut. (kisah nyata dari teman guru).

Saya yakin, seandainya mau mengingat-ingat dan memahami, hampir semua orang pernah mengalami kejadian yang mirip seperti ini, baik dalam skala besar maupun kecil.

Dulu saya pernah nyaris disambar petir. Hanya beberapa detik setelah meninggalkan kebun, suara menggelegar dan 2 warna terang meledak di samping kanan, dan pohon pisang milik kakek bertumbangan.

Dan itu hanya sebagian kecil yang masih teringat. Belum lagi yang tidak saya sadari.

Kadang-kadang 'ismat juga dianggap sebagai kesialan, kalo tidak menyadari hakikat kejadian yang sesungguhnya. Lalu bagaimana membedakan mana kejadian 'ismat dan kesialan yang sesungguhnya?

Paling aman ya jangan pernah menganggap sesuatu hal sebagai kesialan, karena semua itu ada dalam desain dan skenario besarNya.

Wallahu 'alam.


Filed in ,

33 Comments

setuju aja deh bro..

iyo Om, pas Sarimin mau ke rumah sampean lo..kog aku di cegat bencong...mm..mmm...apes..malih gak sido nang gone sampean...

jadi, satu putaran?
lanjutkan?
hihihi

yakin iku apes? bukannya tambah seneng? :P

kesamber petir ga ada batu?
yaaah ga jadi ada dukun batu baru di malang..

Tapi kok saat kirim SMS hal ini hampir sama sekali gak berlaku ya? Mau kirim SMS ke cewek lain, selalu aja nyasarnya ke doi. Alhasil, cekcok-pun tak terhindarkan. Mungkin gak berlaku di gadget ya?

yaaah po'on pisang,
kirain duren..

ya saya setuju kesialan tidak ada memang seperti itu yang terjadi yaa terjadilah dan itu bukti keimanan kita thanks salam kenal

tak ada duren, pisang pun jadi.

ato mau diganti timun? ;))

you've got the point :)

masalah bukan ada pada gadget anda, tapi pada merk hp anda >:)

gantio blekberi ae bun.

sebenarnya sih ada sendal. tapi gak mbayangkan nanti kalian minum celupan sendalku. hmm.

Setoedjoeh. Sy menyebutnya sebagai "firasat yg hrs di-positif thinking-i". Masalahnya: sulit membedakannya dg "ujian kesungguhan niat". Mo sekolah tp ndilalah ujan deras buanget, baeknya ga usah sekolah (krn merasa udah diperingatkan) ato pake payung/jas hujan ke sekolah?--
Kira2 menang mana antara ismat dan sugesti kesungguhan ati yg ktnya berslogan rawe2 rantas, malang2 putung? Slogan ismat =(klo ada)rawe2, minggir dulu; (klo ada) malang2, berhenti dulu. (NB: "malang" pake huruf kecil,Mas. Jadi,mksude bukan terminal Malang..he..he)

Hehe, nice view.

Tapi antara 'ismat dan kesungguhan niat tidak dapat 'diadu' begitu saja, sebab levelnya berbeda.

'ismat pasti terjadi, dengan atau tanpa kerelaan kita. entah kita sadari atau tidak menyadarinya.
'ismat bukan cuma firasat, tapi bentuk perlindunganNya.
'ismat bisa saja terjadi melalui firasat. Tapi dapat firasat saja kalo tidak dapat perlindunganNya, jadi tidak selamat kan? :)

Yang aku ungkap di artikel itu adalah bagaimana kita menyikapi setiap kejadian dalam kehidupan ini. Jangan pernah negative thinking (su'udzon).

Mengenai kesungguhan niat, ini 'lawannya' yang setara adalah firasat. Firasat bisa dari mana saja dan dalam bentuk macam-macam (ini kaitannya dengan artikel tentang Sedulur Papat)

Kesungguhan niat, dibarengi dengan positive thinking (husnudzon), bisa menepis firasat buruk, bahkan bila firasat tersebut benar-benar terjadi.

Menurut Emha / Cak Nun, jika kita melakukan niat dengan sungguh-sungguh, kita tidak lagi butuh surga, karena kita sudah melampaui surga itu sendiri.

*peh, malih dowo replyne ;)) *

Lek nurut cak kartolo.
Urip mek sakdermo mampir ngombe.
Jadi nyantai aja wong ada Ismet

*Halah, tambah dowo mengko :)*

Ismet nek ngombe mampir ndek endi kuwi?

menurut saya, nggak selamanya setiap kesialan itu adalah bentuk perlindungan dari musibah lain yang lebih besar. kalaupun ada contoh2 yang mengarah ke situ (seperti contoh lolos dari bencana bom di atas), itu karena memang belum saatnya kena musibah.

Paling aman ya jangan pernah menganggap sesuatu hal sebagai kesialan, karena semua itu ada dalam desain dan skenario besarNya

dan bisa saja satu dari sekian banyak skenario itu memang mengharuskan kita untuk sial, kan? jadi sial tetap saja sial. musibah tetap saja musibah. hikmahnyalah yang kita petik. setidaknya mengajarkan kita untuk lebih waspada, sabar dan ikhlas.

halah.. kok di sini sih replynya? :|

justru mindset seperti itu yang aku 'serang' di sini.

suatu kejadian akan memiliki arti yang berbeda jika dilihat dari persepsi yang berbeda. sedangkan persepsi adalah buah dari mindset.

nah, kalo dari persepsi dik gum *huek* adalah seperti itu, sah saja sih, ada nilai plus di situ. bagus, lanjutkan.

namun dari persepsiku, ada perbedaan mendasar mengenai alasan sesuatu hal terjadi. dan tidak ada yang namanya sial di situ ;)

apa jadi mengurangi kewaspadaan, kesabaran dan keikhlasan?
tidak, justru sebaliknya, karena kita tau siapa yang 'iseng' membuat hal itu terjadi.

bagi yang mau mikir, kejadian itu akan lebih mudah dicerna jika dalam state ikhlas karena tau asal-usulnya, dibandingkan hanya berhenti di state 'itu sebuah kesialan'.

gitu deh.

Dlm state Ikhlas, memang tak ada istilah sial. Yg sial adalah jika "tak bisa ikhlas". Saat kena musibah, rasa sedih yg berlarut-larut, rasa marah, dan stress yg parah merupakan bentuk ketidak-ikhlasan. Klo udah kena musibah, msh disuruh sedih+stress berat, kan ruginya nambah2, tuh?
Pdhl klo ikhlas, sedih&stresnya tentu akan wajar2 saja. Dan, utk level musibah2 kecil spt kehilangan sepatu ato sandal, dimaki tukang ojek, dibilang pelit ama pengamen, semua itu tak cukup besar utk membuat kita stress.
Btw, klo misal dibilang pelit ama pengamen di bis lwt lagunya, biasanya sy cm ikhlas di luarnya. Diam, tp dlm hati balas mengutuk habis2an..he..he..spy tidak stress. Dah ngasih duit kok disuruh stress, rugi la yaw..hi..hi..hi

Doa dalam Shoat Dhuha? doa yang mana bro? bisa di perinci?

*salaman*

Lorenzo Jatuh di Sirkuit Inggris itu karena ISMAT atau Sial? Bagaimana dengan Valentino Rossi?

*weh malah takon motoGp*

Mosok yang biasa sholat dhuha kok ndak tau :P

Dan lagi, mosok yang dapat duit melimpah dari Google kok gak mau pake fasilitas Google ;))

Nih, klik ini aja deh.

Sial hanya persepsi,
'ismat pasti terjadi.

*harah koen* ;))

Yup setuju, kalo menurutku itu kembali pada mindset.
Dan kalo mau menarik segala sesuatu ke ranah mindset, basicnya ya di sini ini. Bahkan kalo mau ekstrim, surga dan neraka adanya ya di pikiran >:)

kalo jangan menganggap suatu hal sebagai kesialan, jadi dianggap apa? kebodohan diri sendiri? misalnya, "argh! dasar sial/bodoh, andai berangkat lebih pagi pasti kebagian angkot."

intinya menyadari bahwa hidup itu berkesinambungan, ada action -> reaction, ada cause -> effect. ada reason untuk sesuatu hal. dan terlebih, ada grand design.

mungkin saat ini kamu putus dengan pacarmu yang... yang mana aja deh :P
kesialan? mungkin iya untuk timeframe saat itu.
tapi kalo di-zoom-out ke level lebih tinggi, bisa jadi putusmu saat itu adalah jalan menuju ke jenjang yang lebih baik.
dan tentu banyak hikmah yang bisa dipetik di situ. kalo mau ngambil tentunya.

kenapa jadi merembet ke masalah itu? arghhh... nyesel komen di sini! *mutilasi oom parjo* :-p

*hampir ngisi komen disini... sambil sulut NaTek

hei, dilarang merokok di sini.

*sita natek, bawa ke belakang sambil cari korek*

:D

Terimakasih sudah mengingatkan ....

beda ga dg jimat?! *piss*