Ketika Facebook Diharamkan

Posted by Aryo Sanjaya, 30 May 2009

Isu yang telah lewat, namun pertentangannya masih saja seliweran. Dan masih terlalu banyak yang melenceng dari pengertian yang sebenarnya. Coba masuk Google.com, lalu search "facebook haram", lebih banyak muncul yang kontra tapi ngawur daripada yang bener. Hmm, hanya di halaman-halaman awal sih.

Bahkan di ExtraVaganza barusan juga ikut terkecoh pada isu ini.

Tidak bermaksud latah membahas isu ini, namun gerah rasanya kalo belum menyumbang 1 suara di kancah dunia cyber ini :)

Ya, tidak seperti sebelumnya yang sering kita dengar di media, bahwa fatwa dikeluarkan oleh MUI, kali ini dikeluarkan oleh pesantren. Pertemuan antar pesantren tepatnya, yang secara rutin mengadakan Bahtsul Masail (diskusi keagamaan khas pesantren) di Lirboyo, Kediri.

Bahtsul Masail ini sering membahas mengenai hal-hal yang terjadi di masyarakat. Salah satunya mengenai media internet. Dan Facebook hanyalah contoh.

Tidak ada pengharaman pada Facebook.

Lalu, darimana isu itu dimunculkan? Jawabnya hanya 1: kebablasan media.

Dari hasil penelusuran, dapat aku simpulkan kronologi singkat seperti ini:

  1. Bahtsul Masail sepakat bahwa penggunaan media internet seperti Facebook untuk maksiat adalah haram.
  2. Oleh media, kalimat tersebut dipenggal menjadi Facebook diharamkan. (sudah melencengkan arti)
  3. Kalimat tersebut diblowup di berbagai media.
  4. Masyarakat yang bisanya cuma mendengar media dan setuju aja, langsung bereaksi menolak "fatwa"
  5. Media memunculkan opini-opini penentangan "fatwa", sehingga semakin menguatkan adanya "fatwa"
  6. Para pengguna Facebook yang taunya menerima mentah-mentah informasi media, ikut meramaikan isu ini dengan membodoh-bodohkan para Ulama.
  7. Para selebriti yang dasarnya bodoh tapi ingin dianggap pintar, ikut-ikutan menyalahkan "fatwa" yang tidak pernah ada.

Masyarakat Indonesia memang terlalu mudah termakan isu. Jika menerima berita langsung "ho-oh" saja. Jika menerima isu langsung main sebar, jika menerima email berantai langsung main forward saja.

Hal itu dimanfaatkan media untuk mendulang "hits".

Ya, itulah media kita.


Filed in , ,

36 Comments

+1 menarik

Ngeblog itu haram!!

*gak nyambung*

banyak yang harus melek sama fakta seperti ini dulu sebelum buka mulut atau menggerakkan jemarinya.

minta ijin tak posting di facebook yang katanya haram itu.

Saya kasihan... kasian sekali... MEDIA kita sering sekali tidak BIJAK.. hanya demi SEBUAH PORSI IKLAN dan menaikkan RETING ah kasian sekali lagi kasian.....

mamulo to yo yo,ojo mung jarene jare

Namanya juga demokrasi, mau nulis apaan terserah dan bebas. Tapi setelah kasus ibu Prita apa masih ada kebebasan bersuara ?

Wkwkwkwkkwkw, kebiasaan orang Indonesia, makan berita mentah, he5 :)

Sempat denger di media masa "Facebook untuk maksiat adalah haram". Setelah itu beritanya berganti "Facebook Haram". >:D

hmmm gitu...berarti media itu bisa kena UU ITE juga ... :-?

harusnya bisa, tapi kan ada UU tersendiri untuk itu.

masalahnya di negara ini hukum sering tergantung kekuasaan. dan kekuasaan itu bisa menciptakan opini publik, yang bisa mengutak-atik fakta sehingga segala sesuatu bisa nampak baik-baik saja meskipun sebenarnya bermasalah. vice versa.

"ahli telematika" yang itu bisa sampe masuk senayan kan juga gak lepas dari kebablasannya media.

ya begitulah bangsamu™

Karena enak, gak perlu mikir

Masih, tentu saja masih, gak perlu takut pada ancaman UU ITE. Asal yang dituliskan adalah fakta dan kebenaran, ngapain takut?

Sedangkan media yang sering nulis ngawur dan tidak sesuai fakta saja berani ;))

hehehe, betul, hindari hal-hal yang berbau katanya™

Entah salah media atau salah masyarakat.

Lha kalo masyarakat diberi berita ngawur tetep seneng-seneng aja, masih mau membeli/mendengar/melihat liputannya, yang notabene menghasilkan iklan, tentu saja media happy aja.

Malah semakin ngawur semakin kontroversial dan semakin naik ratingnya. Doh.

sebenarnya tidak sesulit itu. yang penting jangan mudah berpikiran buruk, dan jangan begitu saja percaya media.

Bekicot juga!

*bawa golok*

Masalahnya bagi pemburu berita "bad news" is "good news".

Lagian kita adalah produk sistem yang dituntut untuk bicara "iya". Rezim sebelum orde reformasi selalu menuntut kita patuh. Waktu SD/SMP misalnya,kita dituntut untuk meng"iya"kan apa kata guru.

So, wajar dech kalo sebagian dari qt latah menerima mentah-mentah suatu berita. Butuh proses untuk tidak latah :)

puantesaaaan ga tau dibawain bekicot lagi

pancen cah-cah kui sam, mamulo-mamulo wong urip kuwi kudu eling marang sing kuoso, mben kuwi bakal ono siksone akherat......, hehehe (belajar dadi njowo)

horee... hidup blog! hidup facebook! hidup friendster jugak...

lha kan tetep aja ulama-nya kurang pinter..
harusnya yang haram itu MAKSIATNYA
bukan ALATNYA

pisau haram, tv haram, jubah ulama (kalo buat njiret leher orang) haram, internet haram, bantal haram, sepatu, karet gelang, buku (di baca Qur'an juga boleh), dll.. ..haram -___-

tulisan ini juga bisa jadi haram dong????

harusnya dibedakan antara ALAT dan TUJUAN

hihihi, nampaknya sih situ yang kurang pinter nerjemahkan tulisan ini :P

situ bisa nunjukkan perkataan ulama yang mengharamkan ALATNYA?
selain dari _katanya_ media televisi/koran.
kalopun dari media, tunjukkan artikel yang benar-benar berisi pernyataan dari ulama, berisi waktu, tempat, nama ulama, dan kalimat utuh.

kalo tidak bisa, jangan nuduh ulama-nya kurang pinter.

kalo bingung, coba ulangi baca artikel di atas, terutama bagian kronologinya.

plurk? myspace? kopdar?

mana katanya mau kopdar ke malang? cuman isu aja tah?

-100 sangat tidak menarik

*tarik sarimin ke lumpur lapindo*

min, gak pesen jaket SCeN tah?
buruan.

ya, harusnya publik juga tahu bahwa teman2 yang dipondok bukanlah oon, wacana mereka juga mantab2. Terkadang media dan kepentingan ttn yang...........
thanks sam

dibilang haram or gak haram, pokoknya fesbuk jalan terus. yg penting tdk utk maksiat :)

bukan di situ sih sebenarnya permasalahane. dengan isu konyol kayak gini, menimbulkan stigma buruk pada dunia pesantren.

coba search google mengenai kasus ini, berapa banyak blogger/komentator yang membodohkan ulama?

bahkan di atas ini ada yang 'mengkurang-pintarkan' ulama, yang menurutku kepintaran ulama berlipat ganda dari si komentator.


hehehe, nampaknya memang seperti itu. pesantren dipandang sebagai lembaga gak gaul dan ketinggalan teknologi. padahal banyak warga pesantren yang pake facebook juga. saya sendiri juga produk pesantren, tapi merasa gaul dan gak ketinggalan teknologi ;))

jadi yang mengatakan teman-teman di pondok adalah kuper teknologi, justru dirinya sendiri yang clueless.

asek... MUI mattab jayaaa... melalui fesbuk bisa nambah lebih banyak lagi dosa.. :p

*lempar jay pake wajanbolic*

dibaca dulu tulisane ;))

wong indonesia ngopo-opo ya fatwa..hoalahh..

Salam... Mungkin agak tlat komen sy.,tp gpp, wong saya nyampe kesini jg gara2 mbah gugel eror... Tp sya nyimak postingan ini dari awal... Dan... Dua jempol wat mas aryo!!! Meskipun sy bkn muslim,sy tdk melihat ini sbgae pembelaan ulama, tp memang jwbn yg cerdas atas situasi masyarakat kita...

Kang, lama gak dolan tempatku. Repot, ya? Masak bar tarweh gak boleh browsing.
Sardidin udah datang.
Met Puasa semoga Allah SWT memberi kekuatan untuk menjalankan.

kalo masih bingung haram atau ngga, mending gabung aja di situs pertemanan islam made in indonesia bo'
www.indoface.com.. mari uamat islam bergabung didalamnya segaligus kita mencintai produk dalam negeri