Terlalu Banyak Tanya

Posted by Aryo Sanjaya, 24 Feb 2009

Suatu ketika, Bani Israel mendapatkan perintah untuk berkorban sapi. Meskipun ini adalah perintah langsung dari Alloh melalui Nabi Musa as, namun dasar watak Israel yang sakarepe dewe, mereka berusaha mengulur waktu pelaksanaannya.

Mereka bertanya: "sapi umur berapa?"
Dijawab: "umur sedang"

Bertanya lagi: "yang warna apa?"
Dijawab: "kuning tua keemasan"

Tanya lagi: "yang kerjaannya ngapain aja?"
Dijawab: "yang belum pernah digunakan untuk membajak"

Demikianlah, padahal seandainya saat mendapatkan perintah itu mereka segera melaksanakan, syarat-syarat yang mereka terima tidak sedemikian ketatnya. Tapi karena kebanyakan bertanya, sapi yang dicari malah menjadi jauh lebih sulit.

Di samping itu, Israel selalu curiga pada pemberi perintah, meskipun itu melalui Nabi yang telah menyelamatkan mereka dari penindasan Fir'aun. Mereka tidak ingin perintah itu adalah olok-olok yang jika mereka jalankan akan dikira orang yang telah terpedaya. Ini salah satu bukti bahwa orang licik akan selalu curiga karena takut diliciki oleh orang lain, menganggap setiap orang adalah selicik dia.

Karenanya, kalo aku memberikan permintaan yang sudah jelas, tapi yang diminta masih tanya aja, aku bilang aja: "Israel lu"

Filed in , , ,

19 Comments

Israel lu

Arab lu

*eh*

Jangan-jangan ni komentar saya juga dicurigai neh?? Padahal saya cuman mo nanya JOWO LU ?? hahaha... =))

malu bertanya sesat di jalan ga berlaku yah?

adalah batasan mana yang tanya demi kebaikan dan mana yang tanya karena buat mengulur waktu, atau buat mengukur kesabaran pemberi perintah ;))

lolos >:)

yahudi opo israel? bedane opo?

plurk lu..


*ga pantess*

perlu dikasih link wiki? secara guru gitu loh :-"

suwe ora ngeplurk... ngeplurk ora suwe...

kebo lu

doh, yang biasa kumpul kebo

*ngacir*

memang juragan kebo suka kumpul kebo

Kampret lu!

ya mari kita sama2 berdoa,semoga kita tidak seperti kaum yang seperti itu
amin

Sama dengan Ini Ya " Kalau Bisa dipersulit Kenapa Dipermudah" [-O

yeee....
emg sih kadang banyak orang yang ngeyel klo dikasi tau...
tapi klo bilang 'israel lu' saya blon berani..

wkwkwkwk...
(^^)

Klo ingat pelajaran bahasa Indonesia SD dulu, kayaknya ini yg dinamakan gaya bahasa (majas) SINEKDOKE, pars pro toto. Nah kebetulan yg dianggap memakai majas ini adalah Allah; bukankah cerita ttg orang Israel (yahudi) yg terus bertanya itu ada dlm surah Al Baqoroh (Sapi Betina)?.
--
Satu tim kesebelasan sepakbola Indonesia menang bertanding melawan tim MU bisa ditulis: Indonesia mengalahkan MU. Padahal di Indonesia ada pemulung, ustad, guru, bayi, mbah2, mbak2, dll yg ga ikut nendang bola.
--Nah trus gmn, apakah orang Israel/Yahudi sekarang ini harus tetep kita anggap seperti itu?
--
Klo kita mo sedikit menahan diri, sebenarnya cerita itu ada manfaatnya. Selalu bertanya adalah ciri2 ilmuwan, kecenderungan selalu bertanya "curiga"/waspada itu yg menjadikan seseorang berkembang.
--
Coba klo kita dihadapkan pada situasi yg agak mirip dengan perintah "nyari sapi" di atas. Kita disuruh nyari/nemuin pasangan hidup. Nha, ga puas to klo cuma (dberi) tahu bhw "klo kita pria, pasangannya wanita", "klo kita wanita, pasangannya pria".

Kita mesti tanya lagi, seperti apa wajahnya (cakep pa nggak), tinggi pa nggak, keturunan pendekar dari mana, sekolah di mana, kerja di mana, jujur pa tukang boong, dll..dll..dll, dan (last but not least) ...weton-nya apa?? (*** bisa diganti smiley "ngguyu kekel" ***)
--
Yuk becermin, kadang dengan uenaknya kita ngomongin sifat "buruk" orang, padahal sifat itu ada juga pada kita..bahkan bukan ga mungkin kita malah lebih "kebangeten" dari orang yg kita omongin. Mau malu sama siapa klo sama diri sendiri aja gak malu?
(*** bisa diganti smiley jingkrak2***)
--
Peace ..Peace..

Hehehe, perspektif yang bagus :)

Laptop diletakkan di atas meja (padahal lap-top artinya di atas paha), jika dipandang dari sisi berbeda, yang terlihat adalah beda.

Manusia berdiri (kita anggap tidak pake pakaian) jika dilihat dari sisi berbeda, yang terlihat juga beda, terutama bagian depan dan belakang.

Untuk masalah 'majas' ini, kebetulan yang dilihat adalah sisi 'keterlaluan yang menyiratkan keengganan'. Sedangkan sisi yang njenengan paparkan ada di sisi sebelahnya.

Tapi pada intinya saya setuju mengenai bercermin itu. Intinya adalah tidak menggeneralisir masalah. Jelek di satu orang, dengan hal yang sama di orang lain belum tentu jelek juga.