Kebiasaan Menutup Jalan

Posted by Aryo Sanjaya, 28 Dec 2007

Siang ini, saat mentari tak punya nyali menampakkan diri, dan jam di tangan yang tanpa henti meneriakkan aku bakal terlambat ngantor lagi, aku menyusuri jalanan senti demi senti.

Entah cuma di kota Malang, atau mungkin juga di kota lain, yang punya kebiasaan menutup jalan secara sepihak dengan dalih 'acara warga'
Warga memang mempunyai hak atas jalan di wilayahnya, tapi pengguna yang membayar pajak melalui STNK juga punya hak untuk melintasi jalan tersebut.


Bagi pengguna jalan yang tempat tinggalnya berada di sudut kota seperti aku, sangat repot kalau ada penutupan jalan, karena harus jalan memutar, mencari jalur lain.

Jika musim 'acara warga' berlangsung, bukan cuma 1 jalan saja yang ditutup, tapi beberapa jalan sekaligus. Hasilnya, aku pernah hampir 1 jam berputar-putar mencari jalan pulang menuju Joyogrand, yang biasanya hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit saja. Permasalahan bisa lebih parah, seandainya pengguna jalan tidak tahu jalur alternatif. Semisal ke Joyogrand, paling tidak, ada 3 jalan alternatif.

Lha bagi yang tidak tahu jalur alternatif, kan repot banget jadinya. Apalagi selama ini, penutupan jalan tidak menyertakan arah alternatifnya. Pokoknya di tengah jalan ditutup dengan bangkau, kayu atau drum, serta papan dengan tulisan kapur, 'ada acara warga'.

Permasalahan lain, meskipun pengguna jalan tahu jalur alternatif, tetapi pengalihan traffic mendadak melewati jalur sempit yang jarang dilewati, mengakibatkan dampak yang mudah diduga: macet

Berikut ini gambaran kemacetan yang dapat aku tangkap tadi siang:


Berduka tidak lantas dijadikan alasan menghabiskan jalan kan? Seandainya lebih merapat, tidak akan menghabiskan separuh jalan seperti itu.
Saat pelesir di Bali, ada acara pengusungan jenazah seperti itu. Di jalan yang lebarnya relatif sama, di keramaian yang sama, tapi tidak sampai menyebabkan kemacetan. Foto:



Contoh kemacetan yang ditimbulkan di jalan sempit:


Jangankan mobil, sepeda motor saja ikut macet :(

Filed in , ,

6 Comments

satu lagi masalah yang muncul.
jadi agak lama nunggu angkot yang lewat jalur penutupan jalan ini. soalnya angkotnya jadi ikut-ikutan muter cari jalur alternatif.
ada solusi?

Aryo:
Iya, itu sering terjadi di daerah Karangbesuki, GML memutar dan terpaksa berpapasan lewat jalan 1 arah.
Solusi: warga jangan seenaknya menutup jalan, at least, diminimalkan. Gunakan gedung kelurahan atau tempat lain kek. Enaknya sendiri tapi menyusahkan ratusan orang lainnya.

Foto acara ning Bali iku kok luwih Cling? kameranya beda ya?

Aryo:
Secara di Bali kan daerah wisata tingkat dunia, kameranya otomatis menyesuaikan. Demikian.

1. acara nikah
2. kematian
3. sunatan
4. 17an
5. sholat ied
6. kampanye
7. arema menang
8. pejabat lewat
9. truk lemot
10. mikrolet arisan
11. kecelakaan di jalan
... name it

12. traffic light error...jadi yang nyalanya merah trus :D

Ha wong sudah meninggal kok ya masih meninggalkan masalah ini bagaimana ya .. Ayo donk yang masih hidup sadarlah .. jangan jadi sumber kemacetan, apalagi pas Sang MahesaJenar lewat .. hati - hati bisa dikutuk jadi cacing semuanya :)

Aryo:
Bwehehehe... emangnya Mahesa Jenar tukang sisir... eh sihir? :p

sabar. aku sudah usul sama om peni buat mbangun Taftway. dananya dari CSR sebuah pabrik rokok. heheheheheeh

Aryo:
nah loh, mengungkit luka lama *getok lagi Slamet*