Formalitas Ruwet
Dua bulan yang lalu, tepatnya Rabu, 19 September 2007, aku dimintai tolong membuatkan software SMS autorespon oleh sebuah perusahaan rokok terkenal di kota Malang.
Kondisi saat itu adalah kebutuhan mereka sangat mendesak, karena proyek itu sudah diprogram sejak lama tapi belum selesai juga, sedangkan dalam waktu dekat harus segera berfungsi.
Sore, sepulang kantor aku ke sana, dan sekitar jam 9 malam program sudah siap pakai. Divisi IT perusahaan tersebut selamat, sebab kemoloran sebelumnya sempat menggeser salah satu orang IT ke posisi yang lebih rendah, yang akhirnya keluar dari perusahaan itu.
Aku bisa cepet selesai karena sudah memiliki librarynya, jadi tinggal menyesuaikan dengan kasusnya saja.
Keluar dari pabrik itu, aku diajak temenku untuk makan malam. Dalam perjalanan ke warung, dia bertanya prosesnya. Aku ceritakan apa adanya.
Lha ternyata dia malah menyalahkan aku, mestinya programnya jangan dulu diselesaikan tanpa ada uang muka, at least, jangan dikomplitkan.
Ya, programnya benar-benar selesai, padahal aku belum mendapatkan sepeserpun. Aku pikir, besok kan sudah mau dipakai, mosok dibuat belum selesai? Apalagi besoknya para petinggi perusahaan itu akan mencobanya.
Besoknya, aku disuruh bikin surat penawaran software, buat pengajuan dari Divisi IT ke Divisi Financial. Ok, aku bikin, dan besoknya aku menyempatkan diri mampir ke pabrik tersebut, yang mana kalo dari kantorku harus melewati kemacetan parah karena ada pembangunan flyover di Blimbing.
Satu minggu kemudian, penawarannya salah, harusnya harganya tidak segitu, tapi dilebihkan agar nantinya terlihat ada proses tawar menawar. Ok, aku bikin, dan mengantarkan surat itu lagi melewati kemacetan.
Beberapa hari kemudian, disuruh membuat surat penagihan. Hmm... ok, aku bikinkan, dan melewati kemacetan itu lagi.
Beberapa hari kemudian, tagihan salah, karena harus mencantumkan pajak dan NPWP. Duhh... ok, aku tambahkan PPN 10%, dan melewati kemacetan itu lagi.
Dan entah berapa kali lagi aku harus mondar-mandir ke perusahaan itu untuk mengantarkan lembaran kertas.
Dan akhirnya minggu kemarin, ada yang kurang, faktur pajak harus disertakan dalam surat penagihan.
Sampai sini aku sudah males banget. Itu niat mau bayar atau tidak sih?
Memang aku tidak pernah menghadapi proyek resmi semacam ini, NPWP dan nama CV itu saja pinjam dari teman kuliah.
Tapi mestinya dikembalikan ke awalnya, yang butuh proyek ini adalah mereka. Kalo dulu mereka mendapatkan program buatanku itu secara informal, kenapa sekarang aku yang diruwetkan dengan formalitas?
Seandainya tidak menyayangkan pengeluaran waktu, tenaga, solar, kertas, tinta, etc, aku sudah berniat membatalkan proyek ini, dan programku dihapuskan dari penggunaan mereka selama ini.
Sialan.
Kondisi saat itu adalah kebutuhan mereka sangat mendesak, karena proyek itu sudah diprogram sejak lama tapi belum selesai juga, sedangkan dalam waktu dekat harus segera berfungsi.
Sore, sepulang kantor aku ke sana, dan sekitar jam 9 malam program sudah siap pakai. Divisi IT perusahaan tersebut selamat, sebab kemoloran sebelumnya sempat menggeser salah satu orang IT ke posisi yang lebih rendah, yang akhirnya keluar dari perusahaan itu.
Aku bisa cepet selesai karena sudah memiliki librarynya, jadi tinggal menyesuaikan dengan kasusnya saja.
Keluar dari pabrik itu, aku diajak temenku untuk makan malam. Dalam perjalanan ke warung, dia bertanya prosesnya. Aku ceritakan apa adanya.
Lha ternyata dia malah menyalahkan aku, mestinya programnya jangan dulu diselesaikan tanpa ada uang muka, at least, jangan dikomplitkan.
Ya, programnya benar-benar selesai, padahal aku belum mendapatkan sepeserpun. Aku pikir, besok kan sudah mau dipakai, mosok dibuat belum selesai? Apalagi besoknya para petinggi perusahaan itu akan mencobanya.
Besoknya, aku disuruh bikin surat penawaran software, buat pengajuan dari Divisi IT ke Divisi Financial. Ok, aku bikin, dan besoknya aku menyempatkan diri mampir ke pabrik tersebut, yang mana kalo dari kantorku harus melewati kemacetan parah karena ada pembangunan flyover di Blimbing.
Satu minggu kemudian, penawarannya salah, harusnya harganya tidak segitu, tapi dilebihkan agar nantinya terlihat ada proses tawar menawar. Ok, aku bikin, dan mengantarkan surat itu lagi melewati kemacetan.
Beberapa hari kemudian, disuruh membuat surat penagihan. Hmm... ok, aku bikinkan, dan melewati kemacetan itu lagi.
Beberapa hari kemudian, tagihan salah, karena harus mencantumkan pajak dan NPWP. Duhh... ok, aku tambahkan PPN 10%, dan melewati kemacetan itu lagi.
Dan entah berapa kali lagi aku harus mondar-mandir ke perusahaan itu untuk mengantarkan lembaran kertas.
Dan akhirnya minggu kemarin, ada yang kurang, faktur pajak harus disertakan dalam surat penagihan.
Sampai sini aku sudah males banget. Itu niat mau bayar atau tidak sih?
Memang aku tidak pernah menghadapi proyek resmi semacam ini, NPWP dan nama CV itu saja pinjam dari teman kuliah.
Tapi mestinya dikembalikan ke awalnya, yang butuh proyek ini adalah mereka. Kalo dulu mereka mendapatkan program buatanku itu secara informal, kenapa sekarang aku yang diruwetkan dengan formalitas?
Seandainya tidak menyayangkan pengeluaran waktu, tenaga, solar, kertas, tinta, etc, aku sudah berniat membatalkan proyek ini, dan programku dihapuskan dari penggunaan mereka selama ini.
Sialan.
Filed in Bujangan, Sensi and tagged Proyek
22 Comments
Gimana kalo itu program didelete aja?
biar mereka ngerasain juga. Toh kamu udah kesel bolak2, ya diterusin aja sekali lagi.
Aryo:
ya, dicoba sekali lagi *sambil nahan jengkel*
silent at 2007-12-04T17:35:50+07:00
Nah khan.. nah khan...
Birokrasi emang sucks!!!
Aryo:
Ndak suck kalo emang konsisten: formal atau informal. Lha ini dicampur.
vnz at 2007-12-04T18:51:00+07:00
Buat pelajaran supaya lain kali lebih hati-hati dalam berbisnis. :)
Aryo:
Yep, terutama pada mereka
Nofie Iman at 2007-12-05T00:08:28+07:00
eMmm sabar yah mas, semoga nanti mereka2 itu bakalan muncul di Rahasia ilahi episode dpn mas xixixi :P *halah*
Aryo:
hmm... ada yang aneh Ren. mosok sak perusahaan masuk semua? :p
Irene at 2007-12-05T09:29:44+07:00
iya saya juga kemarin seperti itu...
udah di buatkan, tapi uang nya
ga nongol nongol... ya udah peringatin aja ke temen temen .. hati hati, kalo sama pemerintah...sucks !!
Aryo:
kebetulan ini bukan pemerintah, tapi ruwetnya banget sekali.
cy at 2007-12-05T09:56:51+07:00
Harusnya dikasih activation key, yg valid sampai tanggal tertentu(dibayar lunas).
Aryo:
yah, positive thinking tapi malah ndak dihargai. *mangkel*
idiluam at 2007-12-05T10:47:06+07:00
mangan-mangaaaaannnn
*cuek*
Aryo:
sip. tapi yang sakit ndak boleh ikut, terutama di acara kopdar :p
GuM at 2007-12-05T11:07:54+07:00
sabar yo kang...
wong urip sakdermo nglakoni.......
Aryo:
maleh eling lagu campursari :p
sluman slumun slamet at 2007-12-05T11:10:31+07:00
"sebuah perusahaan rokok terkenal di kota Malang"
Katanya berani... :D
Aryo:
Bentar, masih ada 1 kesempatan lagi, kalo ini masih ruwet juga, berarti emang bobrok tuh manajemennya.
phi at 2007-12-05T16:48:01+07:00
bukannya perusahaan itu emg sedang ada masalah keuangan?
yang itu kan yang dipojokan?
*sok teu*
Aryo:
Yup, you got the point
nengbiker at 2007-12-05T17:04:45+07:00
wah... kalo maen ersopgun bisa bentol-bentol neh???
Aryo:
jadi begini pak dosen, eh... ini dosen apa milisi aersopgan sih?
*injek-injek teddy*
teddy at 2007-12-06T18:36:30+07:00
Khann udah dapet DP duluan , paling tidak bisa makan2 :P
Aryo:
DP dari hongkong.
Bener jaremu dhel, mending ora diselesaikan saat itu. Aku ora nyebut jenengmu ndek artikel nduwur iku, kuatir awakmu isek ono ikatan batin karo perusahaan iku, hihihi
Edixp at 2007-12-07T09:57:33+07:00
Hayoo kalau dah cair jangan lupa siposting lho!
Makan-makan....
Aku tanggal 20 pulang malang nih...
Siap ditraktir!
Lumayan, bune ben gak sah masak...
sluman slumun slamet at 2007-12-09T21:52:31+07:00
ta' pikir cuman kasus di pemerintahan yang parah, ternyata di swasta ada yang parah juga ya...-_-'
anton ashardi at 2007-12-10T13:04:51+07:00
wah dimana2 mah gak pemerintah/swasta smuanya sucks, cuma mo enaknya sendiri. gak ngehargai kerja keras orang,pake bom waktu ajah biar mampus heheheh
djaka at 2007-12-10T21:26:01+07:00
oalah, apesnya nasibmu Jo.
rita at 2007-12-12T09:51:00+07:00
pidsa....pidsaaa......
caressa at 2007-12-13T08:53:03+07:00
Makane Proyek kwi di BAGI BAGI :D men kabeh keduman ke ke ke
Jauhari at 2007-12-13T12:11:21+07:00
ooo.. iki tho sing nggarai simbahe watuk-watuk terus, urusane karo pabrik rokok.sing sabar wis..
lek sabare wis entek, di lempari rom atom ae pabrike.
nurul at 2007-12-29T15:19:51+07:00
thats it, man
dagoSteenna at 2008-09-29T02:22:45+07:00
Perfect page.., bro
Gasyattipsy at 2008-10-07T12:31:14+07:00
wah kacau tuh..
yang namanya birokrasi, surat lah itulah, capek kalo udah pake yang namanya kertas n tinta. mendingan "endi duite tak garape" :D
teddy setiadi at 2008-12-31T17:03:37+07:00