Mengapa Harus Inul?

Posted by Aryo Sanjaya, 12 Feb 2006

Masyarakat kita dan para tokohnya sudah mencapai tahap kekalutannya, terutama dalam menyikapi fenomena pornografi dan pornoaksi.

Huff, omongan dewasa. Aku kan masih 16 tahun.

Setelah kontroversi definisi baku tentang 'porno', kini merambah ke arah pelakunya.

Kapan suatu hal dikatakan porno?

Ketika seorang cowok melihat cewek makan pisang di warung, yang menyebabkan si cowok horny, apakah si cewek telah melakukan tindakan pornoaksi?

Ok, itu terlalu mengada-ada. Tapi pernah aku lihat kasus pemerkosaan di TV, disebabkan karena si pelaku selalu terbayang film yang telah ditontonnya, yaitu film India. Nah lo.

Aku setuju banget, pornografi dan pornoaksi di berantas. Setuju banget sama tindakan pemerintah yang satu ini.
Tapi yang aku lihat sekarang ini, hal tersebut sudah ditumpangi kepentingan personal dan golongan. Uang dan KKN masih bicara di sini.

Di saat majalah Playboy dipertentangkan, sudah lama aku lihat tabloid dengan gambar porno di halaman depannya, dijual bebas di bis dan toko pinggir jalan. Kenapa masih belum dibredel?

Ketika Inul dituduh sebagai ujung tombak terjadinya pornoisme dangdut, sudah lama aku lihat goyangan dangdut di TV kecil-kecilan, melakukan goyangan yang sama sekali tidak nyambung dengan beat musiknya, melakukan gerakan yang diharapkan dapat dinikmati oleh penontonnya.
Terlalu memaksakan gerakan pantat... mengapa ini dibiarkan?

Mengapa harus Inul?

Filed in

1 Comment

tanya kenapa™ :D