Nasrudin: Relativitas Keju

Posted by Aryo Sanjaya, 23 Nov 2005

Setelah bepergian jauh, Nasrudin tiba kembali di rumah. Istrinya menyambut dengan gembira,

"Aku punya sepotong keju untukmu," kata istrinya.

"Alhamdulillah," puji Nasrudin, "Aku suka keju. Keju itu baik untuk kesehatan perut."

Tidak lama Nasrudin kembali pergi. Ketika ia kembali, istrinya menyambutnya dengan gembira juga.

"Adakah keju untukku ?" tanya Nasrudin.

"Tidak ada lagi," kata istrinya.

Kata Nasrudin, "Yah, tidak apa-apa. Lagipula keju itu tidak baik bagi kesehatan gigi."

"Jadi mana yang benar ?" kata istri Nasrudin bertanya-tanya, "Keju itu baik untuk perut atau tidak baik untuk gigi ?"

"Itu tergantung," sambut Nasrudin, "Tergantung apakah kejunya ada atau tidak."


So simple, tapi banyak dari kita sering terjebak pada kesederhanaan itu.
Merasa enggan dengan suatu makanan, hanya karena bosan, dan memilih merasakan lapar sampai mendapat makanan yang diinginkannya. Menyiksa diri...

Filed in

4 Comments

Maaf, antara perumpamaan dan maksud dari perumpamaan yang ingin anda sampaikan gak nyambung.

Lagian, di situ tak diceritakan, setelah itu Nasrudin makan sesuatu yang lain selain keju, atau tidak...


Bisa aja khan setelah itu Nasrudin menanyakan pada istrinya, apakah ada makanan yang lain yang bisa ia santap atau tidak.

Selain itu, Nasrudin nggak bilang kok, apakah dia nggak bisa makan makanan yang lain selain keju.

Dia hanya bilang, dia itu suka keju dan keju itu baik untuk apa dan nggak baik untuk apa.

Dalam cerita ini, keliatannya anda mau mempersalahkan si Nasrudin. Kalo menurut saya sih, janganlah..
Kasihan dia!

Menurut saya, Nasrudin kayaknya type orang yang malah nerimo keadaan yang ia hadapi. Ada keju ya dimakan, nggak ada ya udah. Intinya gitu khan?

Sedang statemen yang ia ucapkan tadi, bisa jadi adalah 'arem-2'-e ati, supoyo hatinya si Nasrudin 'marem ae'.

Sebenernya dia suka banget dan saat itu ia berharap istrinya akan memberinya keju lagi. Tapi karena nggak ada, ya tetap aja alhamdulillah.. Ya udah deh, nggak apa-2.

Kayaknya sih... Hehehehe...

Tepat sekali!

Uraian anda sungguh tepat, seperti apa yang disampaikan oleh cerita si Nasredin.
Dan memang itu yang akan saya sampaikan, kesederhanaan berpikir Nasredin, dapat menghilangkan berbagai macam kekomplekan yang kita hadapi, yang justru disebabkan oleh pola pikir kita sendiri.

Kalo tentang statement saya di bawah, yang ga nyambung... hmm... mungkin saya salah menyusun kalimat ya...

Intinya, kita dapat mengambil hikmah dari pola pikir sederhana si Nasredin.

Makasih koreksinya ^_^

Dear Pak...

Saya mau nikah bulan desember 2008, tanggal berapa akad nikah yang baek, tolong dihitungkan ?
Saya sendiri sri winarsih kelahiran 01 agustus 1979 dan calon suami saya kelahiran 02 desember 1977?
mohon tentukan tanggal yang bagus untuk bulan desember 2008

Terimakasih