Budaya Malu

Posted by Aryo Sanjaya, 23 Nov 2005

Rendah hati bukan berarti rendah diri
Mau dihargai harus mau menghargai
dan bisa menghargai diri sendiri

Aku sering gemes, kalo liat orang memanfaatkan segala kesempatan, demi kesenangan diri sendiri. Kesel, mangkel...
Kesel kalo liat orang nyerobot antrian di SPBU, bayar telpon, listrik...
Mangkel kalo liat di jalanan, orang maen seruduk sana-sini, langgar lampu merah (kok ini terus yang jadi contoh ya?)...
Muak kalo liat cowok-cewek berpelukan erat di pinggir jalan (bahkan pernah aku liat waktu bulan puasa kemaren)...

Gak banyak yang bisa aku perbuat, karena itu adalah masalah kepribadian.

Gak mungkin aku negur, karena selain tidak punya hak, belum tentu aku lebih baik dari mereka, dalam hal yang lain.
Paling-paling aku berani (dan harus) negur untuk orang terdekat, misalnya pacar ^_^

Mungkin sedikit langkah yang dapat kita lakukan adalah, membuat masyarakat kita berkaca pada kesalahannya sendiri. Salah satunya dengan mempublishkan kesalahan ke khalayak ramai, dengan tetap melindungi identitas orang itu tentunya.

Aku nemu situs ini, Malu Dong. Di sini kita bisa berpartisipasi mengirimkan gambar kejadian/pelanggaran yang menunjukkan rusaknya rasa malu. Dengan disertai keterangan singkat, nantinya gambar tersebut diedit untuk melindungi identitas si pelaku. Hal ini selain untuk mengingatkan si pelaku (yang mungkin tidak akan pernah melihat gambarnya ini) juga untuk mengingatkan kita semua.

maludong.jpg

Aku rasa ini langkah bagus, dan butuh partisipasi banyak pihak, dan tentu saja manajemen koleksi yang handal.
Di situs ini masih didominasi pada ketidaktaumaluan masyarakat kita dalam berkendara, mungkin karena sponsornya bergerak dalam bidang Otomotif?
Semoga ke depannya nanti, banyak yang dapat dikembangkan.

Satu langkah awal pasti dibutuhkan untuk mencapai tujuan sejauh apapun.

Bravo for us!!!

Filed in

1 Comment

Dear all,

Senang bisa baca web site ini. Topiknya menarik, sederhana tapi bisa dikupas secara mendalam. Sifat pemalu itu manusiawi. Bangsa kita termasuk bangsa yang punya kultur malu yang tinggi. Mungkin saat ini batasannya mulai berubah seiring perkembangan jaman dan pengaruh globalisasi informasi. Malu bisa diartikan sebagai mawas diri, dimana seseorang punya self control agar tidak sembarangan membuat tindakan yang merugikan orang lain. Malu juga bisa diartikan secara politis oleh beberapa orang yang punya kepentingan politik dan ingin menjadi penopang moralitas bangsa dengan kacamata mereka sendiri.

Bagi saya, sebagai manusia yang punya budi pekerti kita perlu punya malu, agar kita tahu batasan, mana hak orang lain dan hak kita, tetapi jika malu ini kemudian diartikan hanya menurut kepentingan sepihak, maka malu akan menjadi sumber perpecahan bangsa.

Salam manis,

Thesa